Manajemen Berat Badan

Berat badan adalah akumulasi berat tulang, otot, organ, cairan tubuh, dan jaringan adiposa. Beberapa dari komponen berat badan tersebut mencerminkan pertumbuhan, status reproduksi, variasi tingkat olahraga, dan efek penuaan. Pengaturan berat badan konstan dilakukan oleh sistem saraf, hormonal, dan mekanisme kimia yang menjaga keseimbangan antara asupan dan pengeluaran energi. Mekanisme tubuh yang abnormal menyebabkan adanya fluktuasi berat badan. Permasalahan berat badan yang umum terjadi adalah kelebihan berat badan dan obesitas. Obesitas telah menjadi epidemi terutama di negara-negara maju. Namun, ketidakmampuan dalam meningkatkan berat badan juga dapat menjadi masalah.
Sistem pengaturan tubuh seperti neurokimia, simpanan lemak tubuh, massa protein, hormon, dan mekanisme pencernaan berperan penting dalam pengaturan asupan dan berat badan. Keseimbangan asupan dan pengeluaran energi merupakan dasar pengelolaan berat badan. asupan kalori yang dimakan harus diseimbangkan dengan aktivitas fisik. Walaupun hal ini terdengar mudah, namun sulit sekali untuk mencapainya. Pola perilaku makan yang sehat dan aktivitas fisik reguler harus dimulai sejak masa kanak-kanak dan berlanjut hingga dewasa.
Kekurangan ataupun kelebihan berat badan merupakan masalah akibat adanya ketidakseimbangan antara asupan kalori dengan pengeluaran energi. Kasus yang umum terjadi adalah kelebihan berat badan dan obesitas. Istilah kegemukan (overweight) dengan obesitas (obesity) seringkali dianggap sama, walaupun sebenarnya berbeda. Kegemukan menurut Rimbawan dan Siaginan (2004) adalah kondisi berat tubuh melebihi normal, sedangkan obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbunnya lemak untuk pria melebihi 20% dan wanita 25% dari berat tubuh. Penyakit obesitas terjadi karena ketidakseimbangan konsumsi kalori dan kebutuhan energi, yakni konsumsi kalori terlalu berlebihan dibandingkan dengan kebutuhan atau pemakaian energi. Kelebihan energi di dalam tubuh disimpan dalam bentuk lemak.
masa remaja sangat erat hubungannya dengan aktualisasi diri. salah satunya adalah mengenai citraan bentuk tubuh atau biasa disebut dengan body image. Gambaran mengenai fisik terkait dengan citra tubuh. Schlundt (1990) mengatakan bahwa citra tubuh merupakan gambaran mental yang tertuju pada perasaan yang kita alami tentang tubuh dan bentuk tubuh kita yang berupa penilaian positif dan negatif. Langsing adalah salah satu aset yang dirasa perlu dimiliki untuk menambah nilai aktualisasi diri terkait dengan penampilan sehingga segala upaya dilakukan. Remaja adalah mereka yang berusia 10 - 19 tahun. Pada masa remaja, pertumbuhan berlangsung sangat cepat. Remaja memerlukan energi lebih banyak untuk pertumbuhannya. Seiring perkembangan teknologi, semakin banyak kemudahan-kemudahan dan mainan yang dapat menurunkan tingkat aktivitas remaja sehingga tak sedikit remaja yang mengalami kegemukan bahkan obesitas. Tidak sedikit pula diantara mereka, terutama remaja putri yang melakukan diet demi mencapai tubuh ideal.
Kadang, keinginan melangsingkan tubuh menjadi suatu obsesi tanpa peduli pada kaidah-kaidah kesehatan. Pertumbuhan remaja yang pesat harus diimbangi asupan gizi yang cukup dan baik. Jika pada usia ini kebutuhan gizi tidak terpenuhi, akibatnya pertumbuhan terganggu. Diet mempunyai pengertian kombinasi makanan dan minuman di dalam hidangan makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Istilah diet secara awam adalah untuk menurunkan berat badan. padahal diet sendiri memiliki pengertian pengaturan pola makan untuk mengatur berat badan. Tidak sedikit remaja memiliki perilaku diet yang menyimpang. Conger & Peterson dalam Sarafio (1998) mengatakan bahwa pada masa remaja, biasanya mulai memperhatikan penampilan fisik dan merubah penampilan mereka. Ketidakpuasan terhadap tubuh dapat terjadi karena perubahan fisik yang dialami karena terjadinya pubertas, yaitu periode singkat dalam pematangan fisik yang melibatkan perubahan hormonal dan tubuh yang dimulai sejak awal masa remaja (Schlundt 1990). Kurangnya pengetahuan gizi pada remaja menjadi sebab dari adanya perilaku diet yang menyimpang. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemberian pengetahuan gizi dan kesehatan secara berkelanjutan kepada remaja agar dapat menerapkan pola hidup sehat sehingga terhindar dari obesitas. Pengaturan asupan makanan yang seimbang dan melakukan aktivitas fisik dapat menurunkan prevalensi kelebihan berat badan pada remaja.



DAFTAR PUSTAKA

Kumalasari. 2010. Hubungan antara pengetahuan diet penurunan berat badan dengan perilaku diet penurunan berat badan pada remaja putri SMAN 7 Surakarta [SKRIPSI]. Semarang: Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro.
Larsen P G. 2001. Obesity Related Knowledge, Attitude, and Behavior in Obese and Non-obese Urban Philadelpia Female Adolescent. Obesity Research, 9 (2): 112-118.
Rimbawan, Siaginan A. 2004. Indeks Glikemik Pangan: Cara mudah memilih pangan yang menyehatkan. Jkarta: penebar Swadaya.
Sarafio. 1998. Health Psychology: Biopsychosocial Interaction (3rd edition). New York: John Wiley and Sons, Inc.
Schlundt. 1990. Eating Disorder: Assessment and Treatment. Boston: Allyn and Bacon.
Sjarif D R. 2003. Childhood obesity: Evaluation and Management. Surabaya: Pusat Diabetes dan Nutrisi Fakultas Kedokteran UNAIR.
Sutanto L. 2007. Bolehkah remaja berdiet?. http://www.clinicalnutritionspecialist.blogspot.com. [18 September 2010].

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

1 comments:

Luminarc said...
This comment has been removed by the author.

Post a Comment